Apakah kamu penggemar Amy Winehouse? Atau setidaknya apakah kamu pernah mendengarkan lagu-lagunya?
Suara Amy sangat unik dan bisa langsung dikenali. Kalau kamu belum pernah tahu, cobalah untuk mendengarkan lagu lagunya seperti, 'Rehab', 'Back to Black', 'Me and Mr Jones', 'Tears Dry on Their Own' atau 'Valerie'.
Tapi sayangnya, betapapun berbakatnya, seorang Amy Winehouse, kehidupannya penuh dengan masalah. Ketika ketenarannya mulai merangkak naik, Amy justru berjuang melawan 'setan setan' dalam dirinya yang kemudian menjerumuskannya kedalam kegelapan dunia showbiz, hingga dia tidak mampu untuk menolong dirinya sendiri, dan semuanya seakan telah terlambat. Amy Winehouse dan seluruh bakat bernyanyinya harus berakhir tragis. Dia pun masuk ke dalam daftar "27 Club" (selebriti yang meninggal dunia di usia 27th).
Berikut kami kisahkan kehidupan Amy Winehouse yang tragis.
Masa kecil
Dilahirkan dengan nama lengkap Amy Jade Winehouse pada 14 September 1983 di Southgate London. Kedua orang tuanya adalah Yahudi, ayahnya, Mitchell "Mitch" Winehouse, seorang supir taxi dan ibunya, Janis Winehouse, seorang apoteker. Amy sudah berbakat pada usia muda, tetapi sayangnya, tanda-tanda awal dari berbagai masalah yang kelak akan mengganggu masa dewasanya juga sudah terlihat.
Seperti yang ditulis oleh The Guardian dan Biography, masa kecilnya penuh dengan musik karena banyak dari keluarganya adalah musisi jazz. Amy pernah mencoba banyak gaya musik yang berbeda, dan pada saat dia berusia 10 tahun, dia bahkan menjadi anggota band rap yang berkiblat kepada Salt-N-Pepa dan Sweet 'n Sour.
Pada tahun 1996, Amy yang berusia 12 tahun belajar di sekolah Teater Sylvia Young yang bergengsi. Namun, dia dikeluarkan pada usia 16 tahun. Kelihatannya jiwa pemberontaknya sudah mulai terlihat di titik ini. Alasan sekolah mengusirnya adalah karena Amy tidak terlihat berusaha keras untuk bisa, dan dia menindik hidungnya. Dan sekolah tidak bisa menerima hal hal seperti itu.
Amy Winehouse adalah pecinta tattoo, salah satu tatonya yang paling menonjol adalah tattoo di lengannya dengan gambar seorang gadis yang dikelilingi hati dengan tulisan "Cynthia."
Tatto tersebut merupakan tribute untuk nenek Amy, Cynthia, dan dia mendesainnya dan bekerja sama dengan seniman tato Henry Hate, yang tanpa disengaja bahwa itu kelak akan menjadi salah satu desain tato paling dikenal di dunia.
Amy sangat dekat dengan neneknya, yang juga seorang penyanyi. Neneknya sangat mendukung segala bakat seni yang ada dalam diri Amy. Menurut NME, manajer pertama Winehouse, Nick Shymansky, menganggap bahwa Cynthia berperan sebagai "wali" bagi Amy, bahkan ayah Amy sendiri percaya bahwa kematian Cynthia adalah peristiwa yang memicu kehancuran Amy sendiri.
Usaha untuk rehab
Seperti dalam lirik lagu 'Rehab' yang dinyanyikan Amy,
" They tried to make me go to rehab, I said, no, no, no."
Lirik itu berdasarkan dari kisah nyata kehidupan Amy sendiri.
Penyalahgunaan narkoba Amy mulai tak terkendali ketika neneknya sakit parah pada awal 2005. Terlebih lagi, perjuangannya melawan bulimia yang pernah dideritanya waktu remaja kembali menyerang. Ditambah lagi dengan drama percintaannya dengan pacar putus sambungnya Blake Fielder-Civil saat itu yang membuat situasi semakin memburuk.
Sehingga manajernya, Nick Shymansky, mencoba yang terbaik untuk meyakinkan Amy untuk segera melakukan rehabilitasi dan menyelesaikan masalah.
Dia setuju dengan ide itu, dan semuanya beres, tetapi dia ingin ayahnya mendukung usahanya untuk sadar. Namun ia akhirnya benar-benar direhabilitasi pada tahun 2008, tapi ternyata itu sudah terlambat.
Kisah asmara Amy
Amy abd Blake |
Amy memiliki hubungan asmara yang dikenal cukup 'bergolak' dengan Blake Fielder-Civil. Mereka mulai berkencan pada tahun 2005, dimana saat itu adalah awal metamorfosis Amy menjadi sosok yang ikonik dengan tampilannya yang bertato, eyeliner menukik dan tatanan rambut sarang lebahnya. Fielder-Civil juga mengakui bahwa dialah yang memperkenalkan Amy kepada "heroin, kokain, dan melukai diri sendiri,".
Meskipun hubungan asmara mereka bisa disebut toxic tapi pasangan itu terus putus sambung. Bahkan mereka pun sempat menikah tahun 2007 lalu bercerai lagi di tahun 2009. Paling tidak satu kali, mereka pernah bertengkar hebat sehingga ada laporan kdrt hingga yang berlumuran darah dan memar.
Saat karir musik Amy sedang menanjak, Fielder-Civil berada di penjara karena penyerangan. Bahkan saat Amy meninggal dunia pada tahun 2011, Fielder-Civil juga sedang berada di penjara lagi, kali ini karena percobaan perampokan dan kepemilikan senjata palsu. Walaupun saat itu diantara keduanya sudah tidak ada hubungan apa apa.
Namun terlepas kisah cintanya dengan Fielder-Civil sangatlah toxic, tapi sepertinya Amy selalu menganggap Fielder-Civil sebagai inspirasi. Bahkan disaat Fielder-Civil menghadapi masalah terburuknya, Amy kerap menunjukkan dukungan publik untuknya beberapa kali, bahkan Amy membuat tattoo "Blake's" di dadanya.
Amy and Reg |
Namun tidak banyak yang mengetahui tentang hubungan Amy dengan sutradara film Reg Traviss, tunangannya pada saat kematiannya. Tetapi Mitch Winehouse, mengatakan bahwa putrinya bahagia bersama tunangannya itu dan berencana untuk menetap dan memulai sebuah keluarga. Dia juga mengungkapkan bahwa Amy percaya dirinya hamil sesaat sebelum kematiannya.
Meskipun ayahnya mengatakan bahwa narkoba putrinya untuk sementara membuatnya tidak bisa hamil, tapi Amy sangat gembira ketika dia diberi kesempatan untuk mencoba lagi. "Ketika dia masih bisa memiliki anak - jika nanti dia sudah bersih dari narkoba setelah sekitar satu tahun - dia senang," katanya
Bermasalah dengan hukum
Kehidupan Amy Winehouse yang liar, sehingga tidaklah mengejutkan jika dia bermasalah dengan hukum dikemudian hari. Dan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya tidaklah jauh dari penyalahgunaan narkoba dan alkohol. The Guardian melaporkan bahwa pada tahun 2007, Amy ditangkap di Norwegia dan menghabiskan malam di penjara atas kepemilikan ganja. CNN mencatat bahwa ini bukan satu-satunya penahanannya tahun itu, karena ia juga sempat ditahan karena "kasus yang melibatkan suaminya," Blake Fielder-Civil saat itu.
Masalah Amy dengan hukum berlanjut pada tahun 2008, ketika dia ditangkap karena diduga menyerang seseorang di luar bar di London. Adanya tuduhan serangan terhadap dirinya tahun itu, bersamaan dengan insiden yang membuatnya kembali ditahan karena "dugaan penyalahgunaan narkoba."
Perjuangan melawan narkoba
Setiap orang yang bahkan akrab dengan kisah Amy Winehouse tahu bahwa aspek yang paling tragis adalah perjuangannya untuk melawan kecanduannya terhadap obat obatan dan alkohol. Amy mulai sering mabuk saat awal awal ketenarannya. Mungkin itu dilakukanya sebagai metode untuk menghadapi tekanan sebagai bintang yang mulai tenar.
Pada tahun 2009, kecanduan Amy mulai mempengaruhi suara dan kariernya, dan dia mulai sering terlihat mabuk saat berada diatas panggung. Penonton mulai mencemoohnya di panggung dan konsernya dibatalkan. Sayangnya, dia tidak dapat memperbaiki jalan hidupnya.
Meskipun ia pernah menjalani rehab di tahun 2008, meski itu tidak banyak memberi perubahan.
Amy sering mengalami overdosis dan kejang selama bertahun-tahun dan diduga memiliki potensi kerusakan pada otaknya karena alkohol dan obat obatan. Pada tahun 2008, dilaporkan bahwa para profesional medis telah memperingatkan Winehouse bahwa pesta narkoba kelak akan benar-benar membunuhnya dan beberapa dokter benar-benar khawatir bahwa sejumlah besar obat yang dikonsumsinya dapat menyebabkan kerusakan otak. Ditambah lagi, media yang menulis segala macam hal yang kurang menyenangkan tentang dirinya.
Amy Winehouse mungkin tidak terlihat sebagai orang yang kejam, kecuali jika kamu menghitung jumlah keonaran yang pernah dilakukannya. Seperti saat ia (diduga) menyerang penggemar. Menurut CNN, ketika Amy tampil di depan 80.000 orang di Festival Glastonbury pada 2008, ia diduga meninju seseorang di barisan depan. Namun penyelenggara festival mengatakan, bahwa dia melakukan ini karena seseorang telah memegang payudaranya, yang tentu saja itu hal yang sangat tidak dibolehkan.
Namun, ini bukan insidennya yang terakhir. Pada 2009, Amy berada di pengadilan karena diduga meninju mata seorang penari di belakang panggung setelah penari itu meminta selfie dengannya. Dan di akhir tahun yang sama, Rolling Stone melaporkan bahwa Amy menyerang seorang pemilik teater yang berusaha menghentikannya membuat keributan saat pertunjukan Cinderella.
Amy didiagnosa mengalami Emfisema pada usia 24
Meskipun penyakit emfisema dikaitkan untuk orang dengan usia sudah tua, tapi Amy didiagnosis Emfisema pada usia 24 tahun. Namun penyakit ini baru pada tahap awal dan karena itu bersifat reversibel, jika tidak sepenuhnya dapat disembuhkan. Namun Amy dapat melakukaan pengobatan dengan baik, dan kondisinya cepat stabil.
Tekanan paparazi
Bisa dikatakan jika para selebritis harus bisa menghadapi panasnya gempuran berita dari tabloid setempat. Begitupun dengan Amy yang pada saat itu menjadi incaran pers Inggris. Karena pada waktu itu ia sedang berada dalam situasi terburuknya ditambah lagi ekspos media yang tidak diinginkan.
Media sangat senang mengekspos selebriti yang 'bermasalah'. Sehingga dengan tampilnya wajah Amy ditiap sampul mereka, itu adalah mesin uang bagi mereka. Amy terus-menerus diburu oleh para paparazzi. Asif Kapadia, direktur film dokumenter Amy, mengatakan bahwa penyanyi itu merasa terperangkap dalam situasi dimana hampir semua orang yang dekat dengannya seperti telah memiliki kesepakatan dengan media, membuat semua orang seolah mencari keuntungan mereka sendiri dengan berusaha berada dekat dengannya, dan itu membuatnya "semakin tersesat."
Tour terakhirnya gagal total
Beberapa seniman benar-benar bisa hancur dan karier mereka bisa mati suri. Namun, mereka bisa dengan tiba-tiba menyatukan aksi mereka dan muncul kembali dengan sukses untuk mengingatkan semua orang akan karya mereka. Sayangnya, tidak semua selebriti bisa seperti itu. Tidak semua seniman bisa berperang melawan setan setan dalam dirinya. Sama seperti halnya Amy Winehouse yang gagal melakukan tur comeback-nya pada tahun 2011.
Amy telah menghindari panggung selama dua tahun sehingga tur Eropa-nya bisa dijadikan sebagai tanda kembalinya seorang Amy Winehouse. Tetapi ketika dia menaiki panggung di Beograd, Serbia, untuk konser 'comeback'-nya, semuanya tidak berjalan dengan semestinya.
Kecanduannya telah membuatnya semakin tidak terkendali. Amy tiba tiba saja menghentikan lagunya ditengah jalan 'hanya' untuk memperkenalkan bandnya, namun nyaris tidak bisa mengingat nama nama mereka. Dia tiba-tiba membuat penari cadangan ketakutan untuk mengambil alih vokal pada lagu "Valerie."
Secara keseluruhan, media menganggap konser itu yang terburuk dalam sejarah Beograd, bahkan menteri pertahanan negara itu menyebutnya "sangat memalukan dan mengecewakan." Sisa turnya pun segera dibatalkan.
Kematian Amy Winehouse
Setelah bertahun-tahun kecanduannya terhadap narkoba dan alkohol, kehidupan Amy Winehouse berakhir pada 23 Juli 2011. Ia baru berusia 27 tahun ketika dia meninggal dunia. Penyebab kematiannya menurut catatan kepolisian adalah "keracunan alkohol tak disengaja."
Menurut The Guardian, Amy pernah mencoba untuk tetap 'bersih' selama beberapa minggu sebelum kematiannya, tapi kemudian dia terjerumus lagi kedalam pesta minuman keras. Jelas, tubuhnya tidak bisa lagi menanggung alkohol terakhirnya. Akibatnya, dia ditemukan tak bernyawa di kamarnya keesokan paginya, dengan kadar alkohol dalam darah yang sangat tinggi.
Tiga botol vodka ditemukan di tempat kematiannya; pemeriksaan kedua terhadap tragedi itu mengungkapkan bahwa Amy telah meninggal karena keracunan alkohol. Tingkat alkohol dalam darahnya sebesar 416 miligram ( 350 miligram saja sudah cukup untuk membunuhnya).
Bulimia diduga salah satu faktor yang membuat kondisi Amy melemah
Apa sebenarnya yang benar-benar telah membunuh Amy Winehouse? Menurut The Guardian, kematiannya yang terlalu cepat pada tahun 2011 disebut karena faktor "kesalahan" karena minum begitu banyak alkohol sehingga meracuni dirinya.
Namun, saudara lelakinya, Alex Winehouse, mengajukan teori alternatif pada tahun 2013. Dia tidak bermaksud untuk melawan pernyataan medis atau apapun itu. Dan dia sepenuhnya mengakui bahwa tingkat narkoba dan alkohol dalam diri saudarinya sudah melebihi ambang batas. Namun, Alex merasa bahwa hal yang paling berkontribusi terhadap kematian Amy yang terlalu dini adalah gangguan makannya ketimbang zat narkotika.
Amy Winehouse berjuang dengan bulimia selama bertahun-tahun, dan saudara lelakinya merasa bahwa fisiknya secara signifikan melemah karena bulimia yang ekstrem juga serangan muntah dan depresi yang merupakan ciri khas dari kondisi tersebut. Alex Winehouse mengatakan bahwa kondisi tersebut berasal dari masa remaja Amy, ketika dia memiliki sekelompok teman yang semuanya akan "menaruh banyak saus pada makanan mereka, membungkusnya lalu membuangnya."
Namun kebanyakan dari teman teman Amy akhirnya berhenti, tetapi tidak bagi Amy, yang terus menghadapi gangguan makan hingga usia dewasanya dan menjadi masalah yang sangat sulit hingga menjadi salah satu faktor kematiannya.
Amy secara khusus pernah memberi tahu dokternya sesaat sebelum kematiannya bahwa dia tidak ingin mati, bahwa dia "menantikan masa depan." Sayang baginya, masa depan itu tidak pernah datang. Semuanya itu 'Back to Black'.