Type Here to Get Search Results !

Aokigahara, The Suicide Forest


Selama setengah abad, ribuan orang Jepang yang lelah hidup telah melakukan perjalanan satu arah menuju hutan seluas 30 km persegi di Prefektur Yamanashi di sisi barat laut Gunung Fuji yang memiliki ketinggian 3.776 meter, yang merupakan puncak tertinggi negara ini.  Area itu merupakan tempat yang indah namun memiliki pesona yang 'gelap', yang telah lama dikaitkan dengan hantu hantu  dalam Mitologi Jepang. Sehingga hutan yang cantik itu dikenal dengan nama yang cukup kelam, "Hutan Bunuh Diri".

Begitu banyak tempat tempat angker di dunia ini, sebut saja seperti rumah Horor Amityville di Long Island, yang menjadi tempat  pembunuhan sebuah keluarga dan dipercaya rumah itu kemudian berhantu;  atau rumah Perron, yang memiliki serangkaian aktivitas paranormal yang menginspirasi film The Conjuring.  Tapi rumah-rumah berhantu ini tidak ada apa apanya dibandingkan dengan hutan Aokigahara

Aokigahara adalah hutan lebat di kaki Gunung Fuji di Jepang.  Dedaunannya sangat tebal sehingga dikenal sebagai 'The Sea of tree', atau 'lautan pohon'. Hutan ini berjarak hanya sekitar 2 jam perjalanan dari kota Tokyo.

Tapi percayalah, ini bukan tempat yang tepat untuk kamu jalan jalan santai.

Hutan Aokigahara dipenuhi dengan pohon-pohon besar dengan akar akarnya yang besar dan terpilin berliku mencakar kaki hutan  yang memberi rasa kesepian dan ketakutan bagi siapapun yang mengunjunginya.

Selain itu, konon katanya, bahwa kompas, ponsel, dan sistem GPS tidak ada gunanya di tanah vulkanik ini karena tingginya deposit besi magnet.  Jadi, jika Anda tersesat, tidak mungkin Anda bisa meminta bantuan.

Bukti bukti 'kunjungan' orang orang yang memasuki hutan ini namun tidak berniat untuk kembali sangat banyak berserakan di tengah semak belukar yang padat. Empat pasang sepatu berlapis lumut berjejer di akar pohon yang berbonggol - dua pasang ukuran dewasa dan dua pasang anak-anak.  Itu hanya satu contoh saja, pemandangan yang bisa kita lihat di hutan ini, dari sekian banyak 'pemandangan' kelam lainnya.


Ada pula sebuah bingkai foto, satu menunjukkan seorang pemuda, dua anak kecil mengenakan Kimono warna-warni dan seragam sekolah dasar.  Bersama dengan foto-foto itu, ada catatan yang diketik "Shall we stick by each other as long as we live?”

Siapapun tidak akan meragukan jika Aokigahara  adalah salah satu tempat paling menakutkan di dunia.  Orang-orang sering menemukan pakaian atau bagian tubuh ketika melintasi lautan pepohonan di dalamnya.

Bahkan polisi setempat mengatakan, bahwa terkadang hewan liar lebih sering menemukan mayat mereka terlebih dahulu, sebelum polisi datang mengevakuasi, membuat kita tidak pernah tahu, berapa banyak orang orang yang telah 'mencapai tujuan' nya untuk berakhir di hutan ini.

Meskipun demikian, para petugas kepolisian dibantu dengan petugas pemadam kebakaran dan para sukarelawan, melakukan pembersihan bulanan terhadap hutan tersebut dan mereka menemukan mayat-mayat itu disana. Ketika para petugas memasuki area hutan, mereka akan meninggalkan tanda berupa perekat plastik dengan kode warna yang akan mereka ikat di pohon pohon untuk menandai dimana mereka telah mencari dan dimana mereka telah menemukan barang-barang atau mayat. Atau kadang-kadang itu hanya digunakan sebagai  penanda jalan, untuk menunjukkan jalan keluar dari labirin hutan yang menyesatkan ini.


Namun meski begitu ada cerita tentang orang-orang yang pita/plester penanda jalannya yang tiba tiba saja menghilang, membuat mereka tersesat di hutan.  Apakah itu perbuatan dari sesuatu yang gaib?  Ataukah itu perbuatan iseng para pengunjung?

Menurut kesaksian orang-orang yang pernah mendatangi hutan ini mengatakan bahwa mereka sering mendengar suara jeritan yang membuat bulu kuduk berdiri. Dan dipercaya  mungkin itu adalah suara YÅ«rei (makhluk halus mitologi Jepang yang disebut sebagai penunggu hutan itu).
Seorang penulis Japan Times bercerita tentang sebuah insiden dimana ia mendengar teriakan mengerikan di hutan.  Ketika dia mencari sumber suara, dia menemukan mayat seorang pria di pangkal pohon.  Setelah diperiksa mayat itu diperkirakan sudah mati selama beberapa hari, dan tidak mungkin menjadi sumber suara mengerikan itu ... tapi bisa saja itu adalah suara rohnya, mungkin....

Sebagai contoh saja, menurut catatan polisi ada 247 orang melakukan upaya bunuh diri di Aokigahara pada tahun 2010 - meskipun hanya 54 orang yang nekat mengakhiri hidupnya di hutan tersebut. Namun diduga angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan. 

"Ada orang yang niatnya datang ke sini untuk mengakhiri hidup mereka di hutan Aokigahara, tetapi tidak tahu dimana tepatnya Aokigahara berada, sehingga mereka 'nyasar' dan bunuh diri di hutan tetangga," kata Masamichi Watanabe, kepala Pemadam Kebakaran Fujigoko yang menguasai area ini.

Meski begitu, mereka  masih  menemukan jumlah rata rata 100 orang per tahun dari berbagai provinsi yang datang ke tempat itu dan mengakhiri hidup mereka dengan menghirup gas beracun di mobil mereka, baik dari knalpot atau pembakar arang yang mereka bawa sendiri.

"Namun yang pasti adalah bahwa jumlahnya terus meningkat setiap tahun," tambah Watanabe.

Banyaknya orang yang bunuh diri di hutan Aokigahara, membuat banyak orang yakin jika hutan ini angker. Yang membuat siapun yang memasukinya tidak bisa keluar lagi dari sana.

Beberapa orang juga percaya bahwa hutan ini dihantui oleh roh-roh orang yang bunuh diri di sini.  Arwah-arwah ini disebut 'yurei' yang menggoda para pengunjung untuk bunuh diri atau kehilangan jalan pulang mereka di hutan.

Jepang memang memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Menurut laporan  National Police Agency (NPA) pada Januari 2010, terindikasi ada 31.690 orang melakukan bunuh diri di Jepang. Dan menurut Organisasi Kesehatan Dunia, angka bunuh diri di Jepang adalah 25,8 per 100.000 orang yang merupakan angka tertinggi di antara negara-negara maju, dan lebih dari dua kali lipat angka bunuh diri di Amerika Serikat.

Meskipun pada saat itu, menurut para ahli, angka bunuh diri tersebut merupakan dampak krisis keuangan global, terutama karena ekonomi Jepang saat itu mengalami kontraksi paling parah dalam lebih dari 30 tahun pada tahun 2009.

Masih menurut laporan NPA, pemicu bunuh diri utama adalah depresi, dan sekitar 57 persen dari semua korban bunuh diri tidak bekerja ketika mereka meninggal.  Meskipun banyak juga karena faktor masalah kesehatan mental dan juga masalah keluarga sebagai alasan untuk bunuh diri.  
 
Otoritas Jepang tidak lagi mengeluarkan angka pasti dari orang yang melakukan bunuh diri di Aokigahara.  Beberapa perkiraan mengklaim bahwa sebanyak 100 orang per tahun berhasil bunuh diri di sini.

Banyaknya pelaku bunuh diri di Jepang juga bisa jadi karena Jepang tidak melarang tindakan bunuh diri. Jadi begini, bagi beberapa negara, bunuh diri adalah ilegal atau setidaknya sebagian besar tidak dapat diterima karena alasan agama atau moral lainnya, tetapi di Jepang tidak ada stigma semacam itu. Sepanjang sejarah Jepang, bunuh diri tidak pernah dilarang dengan alasan agama atau moral. Bahkan di Era Meiji (1868-1912), bunuh diri tidak pernah dinyatakan ilegal. Bunuh diri sangat diperbolehkan di masyarakat Jepang, sesuatu yang terhormat yang bahkan dimuliakan. Seperti ketika era Samurai Warriors akan melakukan 'seppuku' (ritual bunuh diri) sebagai cara untuk menjunjung tinggi kehormatan mereka alih-alih jatuh ke tangan musuh.


Pada tahun 1961, sebuah novel karya Seicho Matsumoto, berjudul "Nami no To" ("Tower of Waves") memulai tren bagi para sepasang kekasih dan orang-orang yang tidak memiliki pekerjaan, untuk melakukan bunuh diri di Aokigahara Jukai. Buku itu mengisahkan tentang seorang wanita yang tidak bahagia dan mengakhiri hidupnya di Aokigahara. Memang, mereka yang bunuh diri ditempat itu sudah ada dari berpuluh puluh tahun lalu, tapi ketika buku itu di pasarkan di tahun 1961 membuat orang lebih terinspirasi lagi. 

Tapi ada satu buku yang lebih dipersalahkan dari "Nami no To", yaitu sebuah buku berjudul "The Complete Manual of Suicide” karya Wataru Tsurumi yang diterbitkan tahun 1993. Banyak dari mereka yang bunuh diri di Aokigahara, membawa buku ini bersama mereka.

Tentu saja pihak berwenang telah menerapkan langkah-langkah untuk mencoba dan mengurangi jumlah pelaku bunuh diri itu, termasuk dengan menempatkan kamera keamanan di pintu masuk utama ke hutan dan melakukan patroli sepanjang waktu.

Bahkan mereka meletakan sebuah papan peringatan di pintu masuk hutan yang bertuliskan: "Pikirkan baik-baik tentang anak-anak Anda dan keluarga Anda."


Juga tulisan, "Hidup Anda adalah hadiah berharga dari orang tua Anda."

Di bawahnya terdapat nomor telepon yang dapat dihubungi untuk menyelesaikan setiap masalah yang kemungkinan dimiliki para pelaku bunuh diri
 
Mengingat kedekatannya dengan Gunung Fuji, Aokigahara dianggap oleh sebagian besar agama Jepang sebagai tempat yang sangat spiritual - tetapi itu bukan selalu merupakan hal yang baik.  Para biksu Buddha telah mendirikan altar di hutan untuk mencoba dan memerangi apa yang mereka sebut sebagai roh-roh jahat penunggu hutan yang telah memikat orang orang kesana untuk mati bunuh diri.  Seorang rahib Budha bernama Kyomyo Fukui mengunjungi hutan untuk mendirikan sebuah altar dan dia mengatakan, "Roh-roh ini memanggil orang-orang yang datang untuk bunuh diri. Roh-roh ini adalah roh dari orang orang yang telah melakukan bunuh diri sebelumnya."